Komponen Karakter Yang Baik

Komponen Karakter Yang Baik
Penyimpangan sosial kerap terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Penyimpangan sosial ini terjadi disebabkan karena keti-daksiapan suatu negara dalam menerima dampak globalisasi. Berbagai penyim-pangan sosial terjadi di Indonesia. Tindak kriminalitas di Indonesia beraneka-ragam, mulai dari penipuan, penganiayaan, korupsi, pemerkosaan, dan masih ba-nyak lagi yang lainnya. Begitu pula dengan pelecehan seksual, seperti perzinaan, kumpul kebo, dan sodomi. Pemakaian obat-obatan terlarang pun sudah tak asing lagi bagi sebagian besar remaja Indonesia, bahkan parahnya sebagian generasi muda Indonesia terkena budaya hedonisme, gaya hidup yang mengutamakan kesenangan atau kenikmatan. Hal tersebut, nampak dalam sejum-lah fakta yang terjadi di sekitar kita, sebagian remaja sampai mahasiswa mulai terkena wabah Hedone mereka mengadakan pesta minuman keras , narkoba, bahkan sampai pergaulan bebas.

Sederet fenomena sosial yang terjadi di Indonesia tersebut merupakan cermin bahwa nilai-nilai kehidupan sosial di Indonesia perlahan-lahan mulai ditinggalkan masyarakatnya, khususnya oleh sebagian generasi muda. Masyarakat Indonesia mulai kehilangan budaya Timurnya, penerus bangsa di masa depan belum siap menghadapi pengaruh globalisasi. Oleh karena itu, era globalisasi seperti saat ini seharusnya dihadapi dengan banyak persiapan, terutama bagi generasi muda. Penanaman nilai-nilai kehidupan sosial menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh segenap komponen masyarakat. Kerja keras dan kerjasama dari berbagai komponen harus dilakukan. Komponen tersebut mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara.

Krisis karakter yang dialami bangsa ini disebabkan kerusakan individu-individu masyarakat yang terjadi secara kolektif sehingga menjadi budaya.  Krisis karakter  yang terjadi secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pendidikan. Adanya gap antara program pendidikan moral dan agama, gap antara program pendidikan dengan pendidikan nilai, disorientasi pendidikan yang hanya mengembangkan aspek kognitif saja, menjadi alasan mengapa dunia pendidikan harus ikut bertanggung jawab terhadap krisis moral dan karakter yang terjadi.

Karakter adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti yang dapat membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain. Berkarakter dapat diartikan memiliki watak dan juga kepribadian.

Karakter merupakan ciri, gaya, sifat, atau pun katakeristik diri seseorang yang berasal dari bentukan atau pun tempaan yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya.

Karakter adalah kepribadian yang dilihat dari titik tolak etis atau pun moral (seperti contohnya kejujuran seseorang). Karakter biasanya memiliki hubungan dengan sifat – sifat yang relatif tetap.

Karakter merupakan penggambaran tingkah laku yang dilaksanakan dengan menonjolkan nilai (benar – salah, baik – buruk) secara implisit atau pun ekspilisit. Karakter berbeda dengan kepribadian yang sama sekali tidak menyangkut nilai – nilai.

Jadi dapat disimpulkan Karakter merupakan sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Karakter dapat dilihat dari berbagai macam atribut yang ada dalam pola tingkah laku individu.

Komponen-komponen karakter yang baik ada 3 yang diantaranya:

1. Moral knowing (pengetahuan moral)

Moral knowing akan lebih mengisi pada ranah kognitif individu, yang memiliki aspek yaitu:

a. Kesadaran Moral (moral awareness)

Aspek dalam kesadaran moral ini adalah pertama, menggunakan pemikirannya untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral. Sehingga kemudian dapat memikirkan dengan cermat tentang apa yang dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Kedua, memahami informasi dari permasalahan yang bersangkutan. Jadi, dalam pengetahuan moral ini, harus mebngetahui fakta yang sebenarnya mengenai suat hal yang bersangkutan sebelum mengambil suatu penilaian moral.

b. Pengetahuan Nilai Moral (knowing moral values)

Nilai-nilai moral diantaranya yaitu menghargai kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas kasihan, dan dorongan atau dukungan. Jika seluruh nilai digabung, maka akan menjadi warisan moral yang diturunkan dari satu generasi, ke generasi yang berikutnya.

Mengetahui sebuah nilai berarti memahami bagaimana caranya menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam situasi. Pengetahuan moral ini membutuhkan “penerjemahan”, yang mana membantu setiap individu menerjemahkan nilai-nilai abstrak dari seluruh nilai yang ada ke dalam hubungan personal mereka.

c. Penentuan Perspektif / sudut pandang (perspective taking)

Penentuan perspektif atau penentuan sudut pandang ini merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berfikir, bereaksi, dan merasakan masalah yang ada.

Pemikiran/logika Moral (moral reasoning)

Pemikiran moral mengikutsertakan pemahaman atas prinsip moral klasik yaitu, “hormatilah hak hakiki intrinsik setiap individu”, bertindaklah untuk mencapai kebaikan yang terbaik demi jumlah yang paling besar”, dan “bertindaklah seolah-olah Anda akan membuat semua orang lain akan melakukan hal yang sama di bawah situasi yang serupa”.

Pengambilan Keputusan/ Keberanian mengambil sikap (decision making)

Aspek komponen moral knowing ini lebih kepada individu itu mampu memikirkan cara bertindak melalui permasalahan moral pada situasi tertentu.

Pengetahuan Pribadi/ Pengenalan diri (self knowledge)

Pengetahuan tentang diri masing-masing sangat diperlukan dalam pendidikan karakter. Menjadi orang yang bermoral memerlukan keahlian untuk mengulas kelakuan dirinya sendiri dan mengevaluasi perilakunya masing-masing secara kritis.

2. Moral Feeling (Perasaan Moral)

Komponen karakter ini merupakan komponen yang akan mengisi dan menguatkan aspek afeksi individu agar menjadi manusia yang berkarakter baik. Beberapa aspek komponen ini adalah:

a. Hati Nurani/ kesadaran akan jati diri (conscience)

Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi kognitif, mengetahui apa yang benar, dan sisi emosional, serta merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang tahu apa yang benar, namun merasakan sedikit kewajiban untuk berbuat sesuai dengan hal tersebut.

b. Harga Diri (self esteem)

Berdasarkan penelitian, anak-anak dengan harga diri yang tinggi lebih tahan terhadap tekanan teman sebayanya dan lebih mampu untuk mengikuti penilaian mereka sendiri daripada anak-anak yang memiliki harga diri yang rendah.

Harga diri yang tinggi tidak menjamin karakter yang baik karena lebih kepada kepemkilikan, popularitas, atau kekuasaan. Seharusnya, mampu mengembangkan harga diri berdasarkan nilai seperti tanggung jawab, kejujuran, dan kebaikan serta berdasarkan pada keyakinan kemampuan diri sendiri demi kebaikan.

c. Empati (empathy)

Perlunya empati yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga kita mampu keluar dari zona kita. Sebagai aspek dari komponen karakter, empati harus dikembangkan secara generalisasi. Mempu melihat di luar perbedaan dan menanggapi kemanusiaan bersama.

d. Mencintai Hal yang Baik/ Mencintai kebenaran (loving the good)

Ketika setiap individu mencintai hal-hal yang baik atau mencintai kebenaran, maka setiap individu akan melakukan hal-hal yang bermoral baik dan benar atas dasar keinginan, bukan hanya karena tugas.

e. Kendali Diri/ Pengendalian Diri (self control)

Kendali diri atau pengendalian diri sangat diperlukan dalam pendidikan karakter. Emosi tinggi mampu membuat karakter baik menjadi buruk ketika tidak ada pengendali diri. Dengan pengendalian diri, juga dapat menahan segala hasrat dan keinginan negatif dalam diri.

f. Kerendahan Hati (humility)

Kerendahan hati merupakan keterbukaan yang sejati terhadap kebenaran dan keinginan untuk bertindak guna memperbaiki kegagalan kita. Kerendahan hati adalah sisi afektif pengetahuan pribadi.

3. Moral Acting (Tindakan Moral)

Komponen tindakan ini merupakan hasil dari kedua komponen karakter lainnya yaitu moral knowing dan moral feeling. Aspek dari komponen tindakan moral atau moral acting ini yaitu:

a. Kompetensi (competence)

Aspek ini mampu mengubah penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Untuk hal ini, kita harus mampu merasakan dan melaksanakan rencana tindakan.

b. Keinginan (will) Keinginan berada pada inti dorongan moral. 

Menjadi orang yang baik memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerakkan energy moral untuk melakukan apa yang kita pikir harus dilakukan.

c. Kebiasaan (habit)

Kebiasaan yang baik melalui pengalaman yang diulangi dalam apa yang dilakukan itu membantu, ramah, dan adil dapat menjadi kebiasaan baik yang akan bermanfaat bagi dirinya ketika menghadapi situasi yang berat.

Melalui ketiga komponen di atas dengan aspek komponennya masing-masing yang saling bekerjasama untuk saling mendukung dapat menciptakan karakter yang baik.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Komponen Karakter Yang Baik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel